11/08/09



Pemilihan Bibit
Bibit merupakan faktor dasar yang tidak bisa diabaikan, Bila bibit itu jelek, maka walaupun tatalaksana dan makanan termasuk baik, maka bila diperhitungkan berdasarkan biaya pengeluaran dan pendapatan akan selalu merugi. Dapat dikemukakan di sini suatu contoh, bila ayam buras dipelihara dan dilayani seperti ayam broiler maka dalam waktu 6 minggu berat badannya akan lebih kecil bila dibandingkan dengan ayam broiler. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara genetis ayam kampung tidak bisa mengkonversikan ransum menjadi daging sebaik broiler. Artinya peranan bibit jelas menentukan. Memilih ternak untuk dijadikan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu berdasarkan :- Silsilah dan- Visual.Dalam seleksi cara visual sebenarnya termasuk dengan perabaan.
1. Seleksi berdasarkan SilsilahSeleksi menggurlakan silsilah keturunan didasarkan pada catatan prestasi tetua dari individu. Biasanya dilaksanakan pada seleksi galur murni, dimana hasilnya tidak perlu tampak. Dalam “garis keturunan” yang sama tidak selau semua sifat yang dituju dapat diturunkan. Lagipula cara ini diaplikasikan pada seleksi hewan-hewan muda yang belum berproduksi; atau terhadap sifat yang terkait seks. Misalnya memilih pemacak pada sapi perah, padahal seekor jantan tidak pernah menghasilkan susu. Silsilah adalah alat yang berguna bila faktor-faktor pembatasnya telahdiketahui. Namun bila performannya sudah diketahui, maka silsilah tidak diperlukan lagi.Cara ini tidak bisa dilakukan tanpa catatan produksi keturunan, oleh karena itu pemilihan bibit yang bisa dilakukan tanpa catatan produksi tetuanya hanya berdasarkan penampilan eksterior walapun tidak ada jaminan sifat yang super tersebut bakal diturunkan.
2. Seleksi berdasarkan Visual (eksterior)Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama saja dengan seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan Judging. Judging pada ternak dalam arti yang luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes. Kadang-kadang judging dilakukan untuk melakukan penggolongan ternak berdasarkan kelasnya masing-masing. Ternak untuk bibit sebaiknya dipilih pada waktu masih muda, paling tidak seumur pasca sapih, sehingga masih ada waktu untuk pemeliharaan yang ditujukan sebagai bibit. Seleksi bibit jantan biasanya lebih diutamakan karena jantan mempunyai keturunan lebih banyak daripada ternak betina. Selain sifat-sifat produksi, faktor kesehatan harus diperhatikan, faktor ini erat kaitannya dengan kemampuan reproduksi. Secara umum ternak calon bibit tidak cacat, kaki lurus dan tegak, lincah, dan tidak pernah terserang penyakit yang berbahaya. Pertumbuhan kelamin harus normal, kondisi tubuh tidak terlalu gemuk atau kurus. Memilih ternak unggul untuk tujuan produksi berbeda dengan untuk tujuan bibit. Contoh yang jelas dapat dikemukakan disini ialah memilih ternak potong diantaranya harus seragam. Bila tidak seragam akan timbul variasi pertumbuhan yang mungkin akan menyulitkan dalam pemasaran.
broiler
Ketentuan memilih cara eksterieur pada ayam broiler umumnya berdasarkan:- Berat awal : Berat anak ayam umur satu hari (DOC) yang normal adalah 35-40 gram, DOC yang lebih besar biasanya lebih menguntungkan sebab mempunyai cadangan energi tubuh lebih banyak.- Efisiensi penggunaan ransum. Hal ini bisa dibandingkan dari konsumsi ransum per hari per kelompok. Juga berdasarkan pengalaman yang lalu dari para peternak lain. Biasanya efisiensi ransum untuk satu nama strain tidak selalu sama; untuk setiap daerah, sehingga bila memungkinkan bisa dicoba membandingkan antar strain.- Keadaannya sehat yang tercermin dari sinar bulu, mata, kelincahan.- Memiliki besar badan yang seragam- Keadaan Tubuh : Padat berisi atau penuh, dada lebar tidak tajam bila diraba, demikian juga punggung.- Pertumbuhan bulu baik, cepat, serempak, rapi dan bersih- Kaki kuat dan tegap. tidak pincang, paruh silang, dllPerlu diperhatikan terutama pada waktu permintaan tinggi, misalnya pada menjelang hari-hari raya, seleksi perlu diperketat. Suplai yang diperbanyak biasanya menurunkan kualitas. Dalam keadaan demikian perlu ada kandang khusus untuk ayam-ayam yang “kecentet” yang menganggu keseragaman berat akhir.
Sapi Perah
Kemampuan untuk memproduksi susu pada sapi perah tercermin dalam sifat:- Badan yang simetri, berbentuk baji- Kapasitas perut besar, panjang dan lebar dan kokoh.- Garis bagian atas (punggung) mendekati lurus dan panjang, sifat ini menunjukkan kemampuan “menyusui” dalam jangka panjang .- Perdagingan yang kurang tapi tidak termasuk kurus, juga tidak gemuk- Kepala halus, ramping, moncong luas dan datar. Sifat ini menunjukkan kebetinaan pada sapi.-Lambing besar melekat dengan mantap, lunak bila diraba, hal ini menunjukkan banyaknya kelenjar susu yang aktif dengan aktivitas lama.- Vena-vena yang dari kambing tampak menonjol sehat, artinya suplai darah ke kelenjar banyak.Sapi Pedaging
Seleksi untuk penggemukan dan untuk bibit pada sapi daging sedikit berbeda. Seleksi untuk bibit perlu disertai catatan ” siIsilah dan sifat-sifat kelamin sekunder, sedangkan untuk sapi potong hanya pada eksterior : tampak samping, belakang dan depan.- Kesamaan umum : kaki pendek, bentuk badan tampak samping persegi.- Umur, cocok dengan berat dan besar standar- Badan yang panjang dengan garis punggung yang lurus menunjukkan kemampuan produksi daging yang tinggi.- Bagian “Flank” atau bagian Quarter belakang tampak dalam, bagian ini menghasilkan daging dengan nilai ekonomis tinggi karena dagingnya lebih mahal.- Dilihat dari Belakang pantat lurus, pangkal ekor penuh dan padat, dalam, sedikit menonjol, yang menunjukkan volume daging lebih banyak.- Tulang punggung tampak kuat lurus dan lebar, menunjukkan daging loin yang mahal lebih banyak.- Quarter depan, yaitu dewlap dan brisket tidak menggantung, sebab disini tempatnya lemak. Bila menggantung berarti kandungan lemak tubuh sapi tersebut tinggi.
Sumber: Kartasudjana, R (2001) dan Santosa,

Antibiotika dalam Pakan
Antibiotika adalah suatu zat yang
dihasilkan oleh organisme tertentu dan berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat
diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu.
Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara besar-besaran pada Perang
Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan Inggris.
Penambahan antibiotika pada ransum ternak yang sesuai dapat
meningkatkan peningkatan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan.
Dosis yang dianjurkan untuk pemberian secara terus menerus adalah 70-80
mg/ekor/hari. Untuk sapi pedaging oleh Heitzman (1981) dosis pemberian
disarankan sekitar 11 mg/kg pakan. Jenis yang banyak digunakan adalah
preparat oxytetracycline. Antibiotika ada yang bersifat long acting
maupun jangka pendek, begitu juga cara pemberiannya. Beberapa
antibiotika yang biasa digunakan antara lain Penisilin, Streptomisin,
Ampisilin, kloksasilin, neomisin, oksitetrasiklin, tetrasiklin.
Ruminansia muda (pedet umur kurang dari 8 minggu) mempunyai respon yang
baik terhadap antibiotika. Respon pertumbuhan dapat meningkat 5-25%.
Penambahan antibiotika dalam ransum pedet dapat mengatasi calf scours
(mencret dengan berak putih seperti pasta pada pedet umur kurang dari 3
minggu). Teori aksi antibiotika telah diajukan tetapi belum jelas
mekanismenya. Disamping antibiotika sebagai obat juga dapat pula
sebagai perangsang pertumbuhan. Menurut sitasi, aksi antibiotika adalah
sebagai berikut:
Menurunkan atau menghilangkan aktivitas bakteri pathogen yang disebabkan infeksi subklinis.
Menghilangkan bakteri penghasil toksin yang menurunkan pertumbuhan ternak.
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang mampu mensinstesis nutrisi yang telah teridentifikasi atau yang belum.
Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme yang berkompetisi dengan induk semang dalam memanfaatkan nutrisi.
Meningkatkan kapasitas serapan usus halus, misalnya vitamin mineral Ca dan Mg.
Di Inggris ada 3 antibiotik yang harus
menggunakan resep dokter hewan bila akan digunakan untuk feed
additives yaitu penicillin, chlortetracycline, dan oxytetracycline.
Sedangkan yang tidak memerlukan resep yaitu zinc bacitracin,
flavomycin, dan virginiamycin. Pemberian maksimum yang diperbolehkan
dalam ransum sebagai feed additives adalah 100 mg/kg ransum. Pada pedet
tidak boleh diberikan sebelum umur lebih dari 3 bulan. Pada dosis
rendah (15-80 mg/hari) cenderung meningkatkan konsumsi pakan, perbaikan
konversi pakan dan biasanya ada peningkatan laju pertumbuhan.
Menurut Nugroho (2008), pemberian antibiotika dapat menurunkan
kebutuhan vitamin B12 dan meningkatkan konversi nitrogen pakan ke dalam
nitrogen tubuh, respon lebih baik pada protein pakan nabati daripada
hewani. Pada pedet, efek perangsang tumbuh kadang-kadang disebabkan
oleh peningkatan konsumsi pakan.
Pedet biasanya sering menderita infeksi Escherichia coli. Untuk
pencegahan dapat menggunakan tetracycline dengan dosis 125 mg/hari
selama 3 minggu meskipun pedet telah menerima kolustrum. Segala macam
diare dapat ditolong dengan pemberian antibiotika. Pemberian
tetracycline dosis tinggi pada sapi dewasa dapat mengatasi cekaman
selama transportasi dan penyesuaian lingkungan baru (Soebarinoto et
al., 1991)
Sumber:- Kartasudjana, R. (2001)
- Nugroho, C.P (2008)
- Soebarinoto et al. (1991)
- Waryono, S. (2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar