09/06/11

KAPAN WAKTU YANG TEPAT UNTUK PANEN?

Tujuan pemeliharaan ayam yang dilakukan oleh peternak ataupun industri peternakan (ayam) adalah hasil yang memuaskan (baik Index Performa ataupun nilai ekonomis /keuntungan). selama proses pemeliharaan, manajemen pemeliharaan dilakukan secara total dengan maksud supaya hasil bisa memuaskan. kapan sebaiknya ayam yang dipelihara tepat untuk dilakukan panen?

Secara teknis produksi, ayam tepat untuk dilakukan panen yaitu ketika ayam tersebut sudah bisa mencapai standar yang diterapkan (bobot dan fcr). Waktu yang tepat untuk penjualan ayam broiler akan menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh peternak. Semakin besar badan broiler maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan 1 Kg daging.

Salah satu cara yang biasa digunakan untuk mengukur keberhasilan usaha Broiler adalah dengan menghitung konversi pakan, maksudnya adalah jumlah Kg pakan yang dihabiskan untuk mendapatkan 1 Kg daging. Semakin besar hasil baginya berarti konversi pakannya besar, maka efisiensi penggunaan pakan semakin kurang baik, dan begitu juga sebaliknya.

Pertumbuhan broiler secara optimal pada minggu 4-6minggu, karena ketika memasuki umur 7 – 8 minggu pertambahan berat badan broiler/minggu merosot dan tidak seimbang antara pertumbuhan (adg) dengan makin meningkatnya pakan yang dikonsumsi, yang mengakibatkan konversi pakan semakin bengkak, jadi lebih menguntungkan apabila broiler dijual lebih awal.

Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah kegemaran konsumen disuatu daerah, dimana pada daerah tertentu konsumen lebih suka ayam kecil dengan beratnya kurang dari 1 kg, sedangkan didaerah lain konsumen lebih suka ayam besar dengan berat 1,5 – 2 kg serta ada juga yang menyukai ayam dengan berat diatas 2 kg.

Peternak tentu mengharapkan hasil yang maksimal dengan konversi pakan yang baik. Sepatutnyalah para peternak broiler membuat perencanaan yang matang khususnya dalam menentukan waktu dan proses pelaksanaan panen, sehingga apa yang diharapkan dari broiler tersebut dapat tercapai. dengan kondisi tersebut, sebaiknya peternak melakukan penghitungan biaya titik impas (break event point) pada usaha peternakannya. selain itu juga, pada saat panen peternak harus sangat memperhatikan berbagai hal. yang perlu diperhatikan pada saat akan panen .

Panen Ayam

Panen Ayam

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat Panen Ayam (kemitraan)

Proses akhir yang ditunggu-tunggu peternak salah satunya panen. Pada proses ini peternak benar-benar memamen “uang” nya setelah sekian lama melalui proses produksi yang memakan tenaga, pikiran, biaya dll. Namun adakalanya pada proses panen ini ditemukan beberapa kejadian-kejadian yang bisa merugikan peternak. Untuk menghindari keadaan tersebut, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. untuk menghindari kompalin dari penangkap:
2. sebelum dilakukan penangkapan ayam, sebaiknya minimal 30 menit tempat pakan di gantung.
3. sebelum panen, ayam tidak dipuasakan (pemberian pakan sesuai dengan kondisi normal), yang kemudian diberikan pakan sesaat sebelum ayam di panen. Hal ini akan mengakibatkan kondisi ayam gondola/tembolok yang pada akhirnya bisa di komplain oleh penangkap
4. pastikan sopir penangkap membawa surat DO dari perusahaan
5. periksa jumlah pesanan sesuai dengan DO (jumlah ekor atau jumlah berat)
6. periksa tanggal berlakunya DO
7. konfirmasi penangkapan ke pihak marketing perusahaan atau pertugas dari perusahaan
8. isi nama penangkap, sopir, no mobil, no stnk, no sim, waktu kedatangan mobil, waktu tangkap dan waktu selesai panen, tanggal penangkapan.
9. penyekatan ayam dilakukan ketika semua orang yang terlibat dalam proses panen sudah benar-benar siap.
10. penyekatan ayam sebaiknya tidak dilakukan secara serentak, tapi sedikit demi sedikit, untuk menghindari ayam stres
11. sebaiknya ayam tidak lama digantung pada timbangan
12. isi data pada lembaran data timbangan sesuai dengan kolomnya (ekor dan berat)
13. periksa timbangan, sebaiknya penimbangan dengan timbangan gantung yang benar-benar akurat (misalnya SALTER), jangan menggunakan timbangan yang bagian per dan jarumnya nya mudah rusak.
14. tes timbangan dengan batu timbangan (jika sopir membawa batu timbangan) misalnya batu timbangan 20kg.
15. cek kondisi timbangan (jarum dan posisi di angka “nol”, pengatur posisi jarum, gantungan bawah timbangan karena ada beberapa kejadian pada bagian gantungan bawah, ada pengganjal supaya timbangan tidak berat, hal ini biasanya dilakukan oleh oknum sopir penangkap)
16. jangan pernah memberikan timbangan ke sopir dengan alasan apapun, untuk menghindari kecurigaan dari kedua belah pihak
17. jangan mau terbujuk sopir untuk melebihkan timbangan ayam lebih dari DO dari perusahaan, kecuali memang sudah ada konfirmasi dari pihak marketing

Tutorial Cara Berternak Ayam Pedaging (Broiler)

Tutorial Cara Berternak Ayam Pedaging (Broiler)

BUDIDAYA AYAM PEDAGING (BROILER)
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu).
Berternak ayam pedaging hasilnya sangat menjanjikan. Apalagi permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Bagi Anda yang berminat untuk memulai usaha berternak ayam, untuk bisa memberi hasil yang maksimal, Anda bisa memulainya dengan membaca tutorial dibawah ini.

PEMILIHAN BIBIT

Bibit yang baik mempunyai ciri :
-Gesit dan lincah bergerak
-Tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat)
-Bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih

KANDANG

a. Tipe kandang:
Bentuk panggung: lantai kandang lebih bersih, karena kotoran langsung jatuh kebawah. Tidak memerlukan alas kandang, sehingga pengelolaan lebih efisien. Tapi biaya pembuatan lebih mahal.
Bentuk tanpa panggung (litter): memerlukan alas kandang yang setiap panen harus diganti, mudah dibuat dan lebih murah.

b. Lokasi kandang
-Jauh dari pemukiman penduduk
-Mudah dicapai sarana transportasi
-Terdapat sumber air
-Arahnya membujur dari timur ke barat

c. Vetilasi kandang yang baik

d. Suhu ideal dalam kandang
-umur 01-07 hari suhu ideal 34-32 derajat celcius
-umur 08-14 hari suhu ideal 29-27 derajat celcius
-umur 15-21 hari suhu ideal 26-25 derajat celcius
-umur 22-28 hari suhu ideal 24-23 derajat celcius
-umur 29-35 hari suhu ideal 23-21 derajat celcius

e. Kepadatan kandang
-Untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.

TATA LAKSANA PEMELIHARAAN

a. Awal pemeliharaan
Kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh.

b. Pakan
Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.
Pemberian pakan dengan sistem ad libitum yaitu selalu tersedia/tidak dibatasi.

Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap, yaitu:
-Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%.
-Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.
Untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan ayam broiler bisa ditambahkankan VITERNA Plus sebagai suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih banyak dan lengkap.

Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
Contoh perhitungan :D iketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah :Berat total ayam hasil panen =1000 x 2 = 2000 kgFCR = 3125 : 2000 = 1,6Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).

c. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan vaksin ke tubuh ayam untuk kekebalan terhadap penyakit. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.

d. Teknis Pemeliharaan

- Minggu Pertama (hari ke-1-7)
Anak ayam dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah cairan penambah nutrisi dengan dosis 1 – 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi.
Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).

- Mulai hari ke-2 setelah pemindahan dan seterusnya, air minum sudah berupa air dingin dengan penambahan VITERNA Plus (nutrisi tambahan) dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari. Dilakukanan saat pemberian air minum yang pertama saja.
Pada hari ke-4 lakukan vaksinasi.

- Minggu Kedua (hari ke 8 -14)
Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya.
Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.

- Minggu Ketiga (hari ke 15-21)
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik.
Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor.
Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Pada saat pemberian vaksin tersebut juga tetap ditambah VITERNA Plus dengan dosis tetap.

- Minggu Keempat (hari ke 22-28)
Pada hari ke 22 pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat.
Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg.
Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam.
Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.

- Minggu Kelima (hari ke 29-35)
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering.
Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam.
Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 – 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
- Minggu Keenam (hari ke-36-42)
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan.
Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.

e. Penyakit

Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :

- Tetelo (Newcastle Disease/ND)
-Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah.
-Gejalanya ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 – 2 hari muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati.
-Ayam yang terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan.
-Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.

- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
-Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus.
-Gejala diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare dan tubuh bergetar-getar.
-Sering menyerang pada umur 36 minggu.
-Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar.
-Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro.

- Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
-Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum.
-Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung dan ngorok saat bernapas.
-Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan.
-Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai.

- Berak Kapur (Pullorum)
-Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
-Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi.
-Penularan melalui kotoran.
-Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang.

Penyakit mudah menyerang, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara drastis.
Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik. Selain divaksin, pemberian nutrisi tambahan yang mengandung berbagai mineral penting seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan ketahanan tubuh dan pertumbuhan ayam, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran.

f. Sanitasi/Cuci Hama Kandang

Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
-Pencucian kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah budidaya sebelumnya.
-Pengapuran di dinding dan lantai kandang.
-Selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan formalin, untuk membunuh bibit penyakit.
-Setelah itu dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.

Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut Anda bisa menghubungi petugas peternakan di wilayah Anda. Selamat berternak dan sukses untuk Anda.

21/12/09


Menghasilkan DOC Berkualitas Prima
DOC yang berkualitas prima akan memberikan banyak keuntungan, dalam hal ini kepuasan hati menjadi prioritas. Tidak hanya karyawan di hatchery saja, tetapi karyawan farm akan merasa senang apabila mendapatkan DOC yang berkualitas prima.
Beberapa keuntungan yang didapat apabila kita memelihara DOC dengan kualias prima di antaranya daya hidup tinggi, karena performance yang prima akan menghasilkan daya tahan yang optimal, feed konversi lebih baik, dan pertambuhan berat badan yang lebih baik. Dengan ketiga aspek tersebut, untuk broiler komersial akan berdampak terhadap nilai jual, biaya pakan akan lebih rendah, dan panen akan sesuai target. Sedangkan untuk breeding dan layer performance pullet yang optimal akan menghasilkan periode produksi yang maksimal.Secara umum DOC yang berkualitas prima dapat didefinisikan sebagai anak ayam yang berpotensi mempunyai peformance terbaik seperti yang telah disebutkan diatas.Ada dua hal yang bisa kita tentukan dalam mengukur kualitas DOC yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Untuk pengukuran secara kuantitatif, kualitas DOC dapat diukur dari berat saat setelah menetas, panjang anak ayam, berat sisa kuning telur (yolk) dan lain-lain. Untuk pengukuran qualitatif secara umum yakni bersih, kering, bebas dari kotoran dan kontaminasi, mata jernih dan berbinar, bebas dari cacat, pusar menutup lengkap dan bersih , tidak ada sisa kuning telur pada area pusar. Tubuh kuat terhadap sentuhan, tanpa ada tanda-tanda stress seperti panting, tanggap dan tertarik pada kondisi lingkungan, respon terhadap suara, konformasi normal dari kaki, tidak ada merah (hock) dikaki, tidak ada pembengkakan, tidak ada luka dikulit, paruh normal, tidak lembek dan kuku kuat,. Pengukuran kuantitatif bisa diukur dengan timbangan, penggaris dan lain-lain. Untuk pengukuran kualitatif perlu standarisasi –kalau tidak akan bersifat subjektif-- seperti menggunakan pasgar score dengan nilai 0–10 dan Tona score dengan nilai 0-100. Penanganan telur tetasUntuk mendapatkan DOC dengan kualitas prima juga diperlukan adanya penanganan terhadap telur selama di hatchery. Beberapa penanganan tersebut di antaranya :1. GradingTujuan dilakukannya grading yakni untuk mendapatkan dan menginkubasi telur yang berkualitas baik dengan beberapa cara. Pertama, afkir dan buang telur yang tidak sesuai standar untuk ditetaskan. Telur yang tidak sesuai dengan standar yakni kotor, retak, kecil (sesuai standar berat HE), sangat besar atau double yolk, kerabang yang jelek, serta bentuknya tidak bagus.Kedua, simpan telur secara hati-hati ke dalam setter tray atau tray transportasi dimana ujung yang tumpul berada di atas. Ketiga, berhati-hatilah selama proses grading, selama awal produksi periksa berat dan seleksi hatching eggnya. Keempat, simpan di ruangan terpisah dimana temperature dan kelembaban dikontrol. Kelima, jaga ruang penanganan telur dalam keadaaan bersih dan nyaman. Kontrol kutu di ruangan telur dengan cara pisahkan atau tolak telur kotor dan buggy dari hatchery.2. Fumigasi Tujuan dilakukan fumigasi yakni menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang menempel pada permukaan telur agar tidak terjadi penetrasi kedalam telur baik jamur maupun bakteri. Fumigasi dilakukan harus sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, contoh : single, double, dan seterusnya. 3. Penyimpanan TelurMenyimpan dan mengoleksi telur agar sesuai dengan kebutuhan mesin atau permintaan dengan menjaga kualitas telur tetas dengan kondisi ideal sesuai lama penyimpanan.Mekanisme yang menyebabkan turunnya hasil penyimpanan adalah sampai hari ini masih belum jelas, umumnya diketahui bahwa viskositas albumen (tingginya albumen) menurun dan pH albumen meningkat selama penyimpanan. Perubahan dalam albumen tidak sesederhana yang digambar untuk kualitas hatching egg dalam menghasilkan DOC yang berkualitas prima. Kualitas telur terbaik terjadi pada saat hari dikeluarkan dari induk dan berubah dalam kekentalan albumen dan pH yang terjadi terutama selama 4 hari. Bagaimanapun, hatchability tertinggi diproduksi dari telur yang disimpan selama 1-2 hari, dan dari telur yang optimal kualitas albumennya.Pengaruh hatchability dan qualityMeskipun praktek di hatchery penyimpanan akan rusak setelah lama penyimpanan lebih dari 7 hari, efek negatif harus dihindari dari hari kedua dan seterusnya. A Norwegian mempelajari (2001) pada hasil hatchability dari 112 flok Ross komersial 208 diungkap bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi hatchability adalah preinkubasi penyimpanan telur. persentasi hatchability menunjukkan penurunan linear menurun dari hari kedua dan seterusnya. Dimana telah diperkirakan 0,7% perhari setiap penambahan penyimpanan. Umur indukDimana terdapat pilihan, telur dari induk muda harus disimpan dibanding yang tua, menurunnya dalam hatchability setelah penyimpanan lebih besar pada telur yang lebih tua induknya. Suhu penyimpananSetelah oviposisi, suhu dalam telur secara bertahap turun dibawah fisiological zero yaitu suhu minimum dimana embrio akan tumbuh kalau suhunya diatas fisiological zero. Suhu dibawah point ini mempengaruhi karakteristik telur lain oleh karena itu akan mempengaruhi kualitas telur tergantung dari durasi penyimpanan.Ketika telur disetting disimpan sampai 3 hari suhu harus 18-210 C. Dengan periode penyimpanan 4-7 hari, telur harus disimpan antara 15-180 C. Ketika penyimpanan sampai 7 hari suhu harus 10-120 C.Turning telurPenelitian telah mengungkap bahwa turning telur dapat memperbaiki hatchability setelah penyimpanan preinkubasi. Dimana banyak data yang diteliti menyarankan bahwa metode ini hanya berguna untuk penyimpanan yang lama, hasil terbaru (2002) menggunakan telur ross 308 mengindikasikan bahwa turning telur 4 kali perhari dibutuhkan untuk periode penyimpanan 7 hari.Perlakuan preinkubasiPenilitian telah mengindikasikan bahwa prewarming yang segera sebelum memulai inkubasi dapat mengurangi turunnya hatchability setelah penyimpanan. Selama periode prewarming ini komponen suhu bervariasi pada telur menjadi homogen sebelum awal inkubasi , yang mana terlihat menyebabkan lebih seragamnya perkembangan awal embrio. Dalam penelitian ini, telur di hangatkan pada suhu 20-250 C untuk beberapa jam (5-16 jam) sebelum inkubasi. Bagaimanapun, dampaknya hanya akan tampak setelah penyimpanan yang lama. (lebih dari 14 hari).Suhu inkubasi Hasil terbaru dari penelitian pada telur kalkun mendemontrasikan dampak positip pada meningkatnya suhu selama minggu pertama dan kedua di inkubasi pada daya tetas telur yang disimpan. efek pada perlakuan suhu inkubasi pada telur broiler secara langsung di R & D. Pengukuran sebelumnya menyebutkan alat yang memudahkan untuk menurunkan hilangnya hatchability dan chick quality setelah penyimpanan pre inkubasi. Ditambah lagi, ada beberapa metode yang terbukti efektif dalam kondisi experimen tapi sulit diaplikasikan di hatchery . Posisi telurDampak positip pada penympanan telur yang disimpan dengan posisi runcing diatas telah di tunjukkan terdahulu. Dengan cara ini posisi sentral kuning telur (dan embryo) terjaga selama penyimpanan. Di posisi ini, embrio terlihat lebih terlindungi dari dehidrasi dan adhesi pada membran, yang mana hasilnya lebih baik dalam bertahan selama penyimpanan. Perlakuan pre warming di farmPemanasan sederhana telur yang segera setelah ovoposisi sebelum penyimpanan menunjukan mengurangi hilangnya hatchability yang disebabkan penyimpanan. Perlakuan ini memperlihatkan kemajuan perkembangan embrio pada tahap yang mana lebih baik dapat bertahan di periode penyimpanan. Penelitian terbaru 2001 menggunakan telur breeder komersial, pre warming HE pada suhu 37.5 C untuk periode 6 jam meningkatkan hatchability yang disimpan relatif untuk kelompok kontrol. Bagaimanapun peningkatan hanya menunjukkan pada telur yang disimpan 14 hari. Pada telur yang disimpan untuk 4 hari tidak ada pengaruh setelah diteliti. Metode ini terlihat sedikit cocok untuk telur dari kandang tua, pada saat telur mengandung embryo yang siap kemajuan lebih ketahap pada saat ovoposisi.